• Ingin Cerita Anda Menginspirasi Dunia | Coming Soon

    Di Zona Insight, kami percaya bahwa setiap individu dan kelompok memiliki cerita yang layak didengar. Kami hadir untuk membantu Anda mempublikasikan ide, pengalaman, atau prestasi agar menjangkau lebih banyak audiens.

  • Ayo Jadi Penulis di Zona Insight | Klik di sini untuk Daftar

    Manfaatkan kesempatan selama 3 bulan bersama Zona Insight untuk memberi dampak dan inspirasi lewat tulisan. Kamu juga akan dibekali pengetahuan dan keterampilan menulis oleh mentor Zona Insight, serta mendapatkan sertifikat penghargaan sebagai penulis inspiratif.

Rabu, 04 Desember 2024

Mental Penuntut Ilmu Itu Nggak Mudah Meremehkan

 




    Jadi seorang penuntut ilmu tuh sebenarnya lebih dari sekadar belajar di kelas, hafalin materi, atau ngejar nilai bagus. Guruku di saat mengisi kelasnya mengatakan bahwa mental seorang penuntut ilmu yang beneran solid itu punya prinsip, yaitu nggak gampang ngeremehin, baik orang lain maupun sesuatu yang kelihatannya sepele.

    Kenapa gitu? Karena belajar itu bukan soal merasa paling tahu, tapi justru sadar kalau dunia ini terlalu luas buat dikuasai sendirian. Ada jutaan hal yang belum kita pahami, dan tiap orang punya sesuatu yang bisa kita pelajari. Kalau kita terlalu gampang ngeremehin, sebenarnya kita lagi nutup pintu buat dapat insight baru. Padahal, bisa jadi pelajaran terbaik datang dari hal-hal kecil yang kita anggap nggak penting.

    Hal ini sangat sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya ilmu dan sikap tawadhu’ (rendah hati). Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, maka Allah akan menjadikan dia paham tentang agama.” (HR. Bukhari dan Muslim). Paham akan agama bukan hanya tentang menguasai teks-teks agama, tetapi juga tentang memahami kehidupan secara lebih luas, dan itu bisa datang dari mana saja.

    Misalnya, ada orang yang menurut kita “nggak pinter-pinter amat,” tapi ternyata dia punya pengalaman hidup yang ngasih perspektif baru. Atau sesuatu yang kita pikir “ah, ini gampang,” tapi ternyata pas dicoba, kok ya susahnya minta ampun?

    Dalam Islam, kita diajarkan untuk selalu menjaga sikap rendah hati dan tidak meremehkan orang lain. Bahkan, dalam Al-Qur’an Allah berfirman, “Janganlah kamu memandang rendah orang lain, karena Allah yang Maha Mengetahui setiap amal perbuatan.” (QS. Al-Hujurat: 11). Ayat ini menegaskan agar kita tidak pernah merasa lebih tinggi dari orang lain atau merendahkan mereka hanya berdasarkan status sosial, penampilan, atau apa yang terlihat di luar. Seringkali, kita mudah merasa superior dan menganggap diri lebih baik dari orang lain hanya karena pencapaian atau pengetahuan kita. Namun, Allah dengan tegas mengingatkan bahwa segala amal perbuatan seseorang diketahui sepenuhnya oleh-Nya, bukan oleh kita sebagai makhluk-Nya. Kita nggak tahu dari mana ilmu dan hikmah itu datang, dan siapa yang akan jadi sumber pelajaran berharga bagi kita.

    Intinya, mental seorang penuntut ilmu itu rendah hati. Mereka paham banget kalau belajar itu nggak terbatas di ruang kelas atau hanya dari dosen/guru aja. Ilmu bisa datang dari mana saja, termasuk dari orang yang nggak kita duga. Dari orang yang lebih tua, teman seangkatan, bahkan anak kecil sekalipun, selalu ada pelajaran yang bisa diambil. Mereka nggak buru-buru nge-judge atau merasa diri sudah tahu segalanya. Justru, mereka selalu bertanya, "Hmm, apa ya yang bisa gue pelajari dari ini?"

    Jadi, kalau kita serius mau jadi pembelajar sejati, yuk coba stop gampang meremehkan. 

    Dunia ini luas banget, ilmu itu nggak ada ujungnya, dan siapa tahu, hal yang kita anggap kecil hari ini justru yang bikin perubahan besar buat kita di masa depan. Ingat, dalam Islam, ilmu itu salah satu jalan mendekatkan diri kepada Allah, dan orang yang mencari ilmu dengan ikhlas adalah orang yang dicintai-Nya. 

    Keep learning, keep humble!

Selasa, 03 Desember 2024

Orang Tua Kaya dan Anak Miskin VS Orang Tua Miskin dan Anak Kaya

 



Biasanya, dalam keseharian hidup, kita kerap kali menemukan berbagai macam fenomena yang bahkan tidak disangka-sangka bisa terjadi. Ada-ada saja kejutan hidup yang kita saksikan atau bahkan kita alami. Entah dalam waktu yang cukup singkat, atau bahkan bertahun-tahun kemudian. Dalam hal ini, saya sedang ingin membicarakan fenomena terbalik yang sebenarnya saya sendiri menyaksikan bahkan mengalami ini. Fenomena yang sudah teman-teman baca di bagian judul; "Orang Tua Kaya dan Anak Miskin VS Orang Tua Miskin dan Anak Kaya."

Meskipun sebenarnya, kita juga akan menemukan ada orang tua kaya dan anak kaya, pun orang tua miskin, anaknya juga miskin. Namun, dalam konteks ini, saya hanya akan berfokus membahas berdasarkan judul di atas.

Dulu, waktu masih sekolah, saya memiliki beberapa teman yang orang tuanya bisa dikatakan mapan atau kaya, dengan status dan jabatan yang beragam, mulai dari ASN, Pejabat, hingga Pengusaha. Oleh karena kekayaan dan kejayaan orang tua mereka, anak-anaknya juga ikut menikmatinya. Namun, mereka cenderung bersikap hedonisme, boros, malas belajar, suka buang-buang waktu, dan perilaku-perilaku negatif lainnya. Secara menyesal, saya harus sebut mereka sebagai anak-anak miskin (etika, perilaku dan cara pandang) dari orang tua yang kaya. Mereka mungkin berpikir, dengan orang tua yang kaya dan punya jabatan, hidup mereka sudah aman-aman saja, sehingga menikmati hasil keringat orang tua mereka sudah sangat cukup.

Sebaliknya, di lain orang, beberapa teman saya memiliki orang tua yang biasa-biasa saja, pekerjaan yang hanya cukup untuk makan sehari-hari, tetapi anak-anaknya justru yang paling rajin dan pintar di kelas. Pintar mengelola uang jajan hingga berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Mereka sadar diri dengan kondisi orang tua dan ekonomi mereka. 

Singkat saja, setelah bertahun-tahun tidak bertemu, karena dipisahkan oleh pendidikan lanjut bahkan sampai perguruan tinggi, banyak hal yang kami lewatkan. Ada begitu banyak proses dan pelajaran hidup yang mungkin mereka dapatkan, tetapi satu hal yang pasti, kehidupan mereka yang saya kenal sudah sangat melekat di ingatan saya seperti apa karakter dan perilaku mereka.

Lalu, apa yang terjadi? Beberapa dari mereka, para anak miskin dari orang tua kaya pada akhirnya tidak menjadi apa-apa setelah dewasa. Sejauh kenalan yang saya punya, mereka yang seharusnya berpotensi memiliki atau bahkan melanjutkan privilege orang tua mereka, malah justru sebaliknya.  Tidak memiliki relasi yang kuat, pekerjaan yang mapan, bahkan jabatan penting. Beberapa yang saya kenal ada yang mendapat warisan usaha milik orang tua yang pada akhirnya harus tutup (bangkrut), bahkan ada yang terpaksa harus menjual isi rumah hanya agar bisa bertahan hidup beberapa hari bahkan bulan ke depan. 

Anggapan mereka soal hidup berkecukupan hanya karena memiliki orang tua kaya, adalah kesalahan yang sebenarnya bisa dihindari oleh para orang tuanya. Anak-anak mereka terbiasa hidup di hari ini dengan kesenangan yang bahkan bukan milik mereka. Tidak ada perencanaan masa depan yang baik, atau bahkan sekadar ingin jadi apa saja mereka bingung menjawabnya.

Di lain situasi, anak-anak dari orang tua miskin justru malah menjadi orang. Mereka tidak diwariskan harta, kekayaan dan jabatan oleh orang tuanya. Tidak ada materi yang berarti, hanya pelajaran hidup yang menyadarkan mereka, bahwa hidup serba berkecukupan cukup dirasakan oleh orang tuanya saja, sementara anak-anaknya, harus punya cukup bekal untuk menghadapi masa depan yang penuh dengan tantangan dan misteri. Pada akhirnya, justru anak-anak kaya dari orang tua miskin inilah yang memberikan kekayaan dan kejayaan bagi orang tuanya. 

Pada penutup tulisan ini, saya ingin memperjelas dan mempertegas, bahwa anak miskin dan kaya yang saya maksud pada tulisan ini sebenarnya berkaitan dengan sikap dan cara pandang. Bagaiman mereka seharusnya bersikap dan melihat segala sesuatu yang dimiliki oleh orang tuanya, belum tentu dapat menyelamatkan hidup mereka di kemudian hari, dan belum tentu juga dapat mencelakakan mereka. Punya orang tua kaya tidak menjamin anaknya bisa seberuntung orang tuanya, begitupun punya orang tua miskin, tidak menuntut kemungkinan, anaknya akan menjadi orang terpandang, relasi dan kemapanan yang dapat memperbaiki kehidupan orang tua dan keluarganya.

Tulisan ini hanya sebagai inspirasi bagi kita semua, meskipun pada nyatanya, masih banyak anak dari orang tua kaya yang bisa menjadi kaya, dan ada begitu banyak anak dari orang tua miskin yang tetap menjadi miskin. Sekali lagi, ini soal bagaimana kita bersikap dan bagaimana sudut pandang kita soal kehidupan.





Minggu, 01 Desember 2024

SURAT WASIAT




Ibu Kota dengan keramaiannya, menyimpan seorang gadis yang terselip di antara hiruk-pikuk yang tak peduli. Gadis itu adalah bagian dari lautan manusia yang berlalu-lalang, asing di antara keramaian yang tak mengenal nama. Gadis yang membawa sejumput harapan dari tempat jauh, meretas jalan dari desa kecilnya dengan semangat yang gemilang. Namun, di sini, di jantung kota yang benderang, mimpinya perlahan menjadi sayup.

Kamar kosan itu sederhana, berukuran 3x4 meter, cukup untuk ia dan mimpi-mimpinya yang mulai memudar. Dinding-dindingnya pucat, sedikit retak di beberapa sudut, dengan cat yang mengelupas di pinggir-pinggir jendela. Hanya ada satu jendela kecil di sisi ruangan, membiarkan cahaya lampu jalan masuk samar-samar, memberikan nuansa remang yang melankolis saat malam tiba.

Di satu sudut, ada kasur tipis dengan sprei yang mulai kusam, bantal yang sedikit lepek, dan selimut yang tergulung tak rapi. Meja kecil di samping kasur dipenuhi barang-barang pribadi; setumpuk buku dengan pembatas halaman yang tak pernah beranjak, mug kopi dengan noda bekas, serta kalender kecil yang masih terhenti pada bulan sebelumnya. Di atas meja, sebuah lampu belajar yang mulai redup menemani catatan-catatan lama, sisa dari hari-hari penuh harapan. Gantungan baju yang menempel di balik pintu memajang beberapa helai pakaian yang sering dipakai, terlihat sederhana dan sedikit pudar warnanya. Di sudut lain, koper yang tak lagi dibuka tergeletak, dan di sampingnya terdapat kardus berisi barang-barang dari kampung halaman.

Ini adalah tempat berteduh yang sementara, namun baginya, kamar kecil ini telah menjadi saksi banyak malam panjang penuh sunyi, tempat di mana ia berjuang dan pada akhirnya, berdamai dengan ketidakpastian. Di meja kecil tepat di samping kasur, ia mulai menulis. Tertulis dengan tangan yang gemetar, tetapi hatinya mantap. Surat itu bukan sekadar wasiat melainkan sebuah pengakuan, penutup dari perjalanan panjang seorang gadis yang pernah menggenggam mimpi-mimpi besar, namun kini tinggal bayangan diri yang lelah.

----

Untuk Ibu dan Bapak tersayang,

Di kamar yang sunyi ini, aku mengenang rumah kita dengan jalan setapak yang berdebu. Aku ingat senyummu, Bu, yang mengantarku pergi, meskipun berat, dengan penuh doa di bibirmu. Dan Bapak, kau yang diam-diam menyeka air mata di balik topi lusuh itu, seolah memberi keberanian yang bahkan tak kau punya.

Pak, Bu, kupikir kota besar akan mengulurkan tangannya yang ramah dan memelukku dengan kehangatan. Ternyata, ia dingin, Ibu. Kota ini menakutkan. Setiap langkah yang kubangun dari mimpi-mimpi kita kini hanya gema sunyi yang menggema tanpa suara. Mimpi-mimpi yang pernah berkilau, satu per satu, kusadari kian pudar.

Kalian mungkin akan kecewa, mungkin akan terkejut, tapi inilah kenyataan yang kupeluk setiap malam. Sebab di balik gemerlap lampu kota, aku kerap merasa asing. Tak ada tangan yang meraih, tak ada senyum yang benar-benar tulus. Yang tersisa hanya bayanganku sendiri, yang semakin menjauh dari sosok yang kalian harapkan. Hufhhh….

Namun, aku ingin kalian tahu, semua ini adalah pilihanku. Aku pergi bukan karena tak mencintai tanah kita, tetapi justru karena cinta itulah aku ingin membuktikan diri. Aku tak menyesal, tapi aku juga tak ingin kalian terus berharap lebih. Kalian telah mengajarkanku segala yang bisa kubawa, dan semua telah kujalani dengan segala kekuatanku. Pun, jika ada yang hilang dari diriku dalam perjalanan ini, itu adalah bagian dari pencarian yang panjang.

Pak, bu, di lemari dan di meja yang kupakai menulis ini, ada sekumpulan buku yang pernah kujanjikan untuk kubawa pulang bagi anak-anak di rumah belajarku. Mimpi-mimpi itu tak sepenuhnya hilang. Tolong, berikan buku-buku itu pada anak-anak di sana. Aku ingin mereka memiliki cerita yang lebih baik dari sekadar bayangan yang kupeluk saat ini. Biarkan mereka bermimpi lebih tinggi dari langit kota yang pernah kuraih. Mungkin, mereka akan lebih kuat dariku.

Di atas lemari, ada tas carrier berukuran 50L dari nenek. Tas itu adalah satu-satunya hadiah paling mewah yang sempat beliau berikan padaku sebelum aku berangkat ke kota. Berikan tas itu kepada adik perempuanku. Aku ingin ia merasakan dukungan yang sama dari keluarga, seperti yang kurasakan saat pertama kali berangkat meninggalkan rumah. Biarkan tas itu menemaninya meraih mimpi, seperti halnya ia pernah menjadi saksi langkah-langkah awal perjuanganku.

Tolong, jangan tinggalkan potret keluarga yang kutaruh di atas meja kecil ini. Potret itu telah menjadi pengingat sekaligus penguat bagiku setiap kali rindu melanda. Di balik senyum yang terekam di sana, aku menemukan alasan untuk terus bertahan meski seringkali lelah. Gantunglah potret itu di ruang tamu rumah kita, supaya ia tetap menjadi saksi cinta kalian, dan barangkali, sebagai pengingat kecil untukku, yang tak lagi bisa pulang.

Di buku harian kecilku, kalian akan menemukan coretan-coretan tentang segala harapan dan kegagalan yang kualami. Ada mimpi yang tidak terwujud, ada kekecewaan yang tak terucap, dan ada doa-doa untuk kebahagiaan kita. Simpanlah buku itu. Barangkali, di balik semua kata yang tercoret, kalian akan menemukan alasan mengapa aku berhenti melangkah.

Lalu, pak, bu, tolong jaga akun Instagram-ku. Di sana, ada potongan-potongan cerita yang mungkin tak pernah sempat kusampaikan langsung pada kalian. Ada momen-momen kecil yang meski terlihat sederhana, telah menjadi bagian dari perjalananku. Ubah private foto-fotoku yang menampilkan senyuman manis yang bisa menarik simpati orang lain. Foto-foto bersama kolega dan teman-teman, terlebih hasil-hasil tulisan tanganku, biarkan semua tetap ada, agar kalian bisa mengenangku dari setiap gambar dan dari setiap kata yang kutulis.

Di album fotoku, ada beberapa potret yang kuposting dengan senyuman, meski mungkin tak selalu menggambarkan perasaanku yang sebenarnya. Foto-foto itu adalah caraku untuk tetap terlihat kuat, walau sebenarnya ada kalanya aku merasa hampa. Namun, aku ingin kalian tahu, setiap foto itu adalah bagian dari harapan yang kubawa, dari mimpi yang pernah begitu indah di mataku. Biarkan foto-foto itu menjadi bukti bahwa aku pernah mencoba sebaik mungkin.

Terakhir, tolong sampaikan ke semua orang yang mengenalku secara baik, untuk tidak menangisiku secara berlebihan. Sedih boleh, tapi tolong tetap realistis bahwa hidup akan terus berjalan, bahwa aku hanyalah secuil kenangan yang melintas di kehidupan mereka.

Ohiya, bu, pak, kalian jangan pernah merasa bersalah atas keputusanku pergi merantau. Semua ini adalah jalanku sendiri, jalan yang sudah kutempuh dengan sepenuh hati, meskipun pada akhirnya harus berhenti. Kalian adalah alasan aku bertahan sejauh ini. Jadi, jangan pernah merasa kurang telah mendukungku; semua cinta yang kalian beri adalah harta terbesarku. Selamanya aku bersyukur, dan maafkan aku jika harapan yang kalian titipkan padaku belum sepenuhnya tercapai.

Ini bukan akhir yang kubayangkan, Bu, Pak. Tapi ini akhir yang mesti kuterima. Aku harap kalian akan memaafkan segala langkahku yang tak sampai, harapanku yang memudar, dan mimpi yang berhenti di sini. Kalian adalah titik awal dari semua mimpi ini. Terima kasih karena telah mempercayai gadis kecil ini untuk terbang meskipun akhirnya ia jatuh.

Dengan segenap cinta—yang entah bisa kuraih atau tidak—yang aku tahu hanyalah bahwa cinta kalian tetap menjadi tempatku berpulang.

 

Aku,

Anak kalian yang hilang dalam keramaian kota.





9 Kampus Favorit di Indonesia: Pilihan Utama Calon Mahasiswa

 



Pendidikan tinggi memainkan peran krusial dalam menentukan arah karier dan masa depan. Karena itu, memilih kampus yang tepat menjadi langkah penting bagi calon mahasiswa. Dalam tulisan ini, saya ingin mengulas sembilan kampus favorit di Indonesia yang tidak hanya terkenal dengan kualitas pendidikannya tetapi juga berkontribusi besar dalam mencetak lulusan berprestasi. Inspirasi artikel ini diambil dari berbagai sumber, termasuk peringkat universitas dunia yang membantu mengidentifikasi reputasi masing-masing kampus. Dilansir dari Tempo.co, daftar ini diambil berdasarkan QS World University Rankings 2024, yang menilai kampus-kampus terbaik berdasarkan indikator dampak lingkungan, tata kelola, dan dampak sosial

9 Kampus Favorit di Indonesia

  1. Universitas Indonesia (UI): Sebagai salah satu universitas tertua di Indonesia, UI terkenal dengan lokasi strategis, fasilitas modern, dan jaringan alumni yang luas.
  2. Institut Teknologi Bandung (ITB)
    Dikenal sebagai pusat inovasi teknologi, ITB menjadi pilihan utama bagi mereka yang ingin mendalami bidang teknik dan sains.
  3. Universitas Gadjah Mada (UGM)
    Berlokasi di Yogyakarta, UGM menawarkan berbagai program studi unggulan serta suasana akademis yang mendukung keberagaman.
  4. Institut Pertanian Bogor (IPB University)
    Unggul dalam agribisnis dan penelitian terkait lingkungan, IPB menjadi magnet bagi calon mahasiswa yang berfokus pada pertanian modern.
  5. Universitas Airlangga (UNAIR)
    Kampus di Surabaya ini memimpin di bidang ilmu kesehatan dan sosial, didukung oleh fasilitas riset yang mumpuni.
  6. Universitas Padjadjaran (UNPAD)
    Berlokasi di Bandung, UNPAD menawarkan program studi yang inovatif serta lingkungan yang mendukung kreativitas mahasiswa.
  7. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
    ITS menjadi pilihan terbaik untuk bidang teknologi maritim dan teknik, dengan inovasi yang terus berkembang.
  8. Universitas Diponegoro (UNDIP)
    Kampus di Semarang ini unggul dalam program studi teknik, hukum, dan ekonomi yang aplikatif.
  9. Universitas Brawijaya (UB)
    Sebagai salah satu universitas terbesar di Malang, UB menawarkan keragaman program studi dengan fasilitas kampus yang lengkap.

Memilih kampus adalah keputusan besar yang akan memengaruhi perjalanan karier Anda. Sembilan kampus ini, berdasarkan popularitas dan kualitas pendidikannya, dapat menjadi referensi terbaik bagi calon mahasiswa. Langkah ini menjadi awal penting dalam menggapai masa depan gemilang.

Ustadz Roswan Manto, M.Pd.: Cerminan UAS Versi Gorontalo yang Muda dan Menginspirasi


 

Dalam setiap masyarakat, kehadiran seorang tokoh yang berpengaruh dapat memberikan dampak yang luar biasa, baik dalam membentuk nilai-nilai sosial maupun dalam memberikan inspirasi bagi generasi penerus. Di Gorontalo, salah satu sosok yang kini semakin dikenal luas dan diakui pengaruhnya adalah Ustadz Roswan Manto, M.Pd. Sebagai seorang dai muda, Ustadz Roswan digadang-gadang akan menjadi sosok seperti Ustadz Abdul Somad, yang memiliki daya tarik besar di kalangan umat. Penulis melihat bahwa kemampuannya dalam public speaking dan cara menyampaikan ceramahnya yang khas menjadikannya tokoh yang membawa pengaruh besar di dunia dakwah, tidak hanya bagi daerah, tetapi juga bagi kalangan generasi muda yang ada di Gorontalo.

Ceramah-ceramah Ustadz Roswan sering kali tidak hanya berisi nasihat agama yang mendalam, tetapi juga dipenuhi dengan humor segar yang membuat audiens merasa nyaman dan tertawa lepas. Keberhasilan beliau dalam menggabungkan ilmu agama dengan hiburan yang sehat menunjukkan kecerdasan emosionalnya dalam berinteraksi dengan audiens/jamaah, menjadikan pesan-pesan yang disampaikannya lebih mudah diterima dan dipahami. Kemampuannya untuk menghidupkan suasana dengan gaya ceramah yang ringan namun berbobot, menjadikannya sebagai salah satu penceramah yang banyak diundang untuk mengisi acara-acara keagamaan bukan hanya di Gorontalo, pun daerah/provinsi di luar Gorontalo.

Dalam aktivitasnya sehari-hari, Ustadz Roswan tidak hanya sebagai penceramah kondang yang sering diundang sana-sini, melainkan juga berperan penting dalam dunia pendidikan sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) yakni pengajar di MAN 1 Kota Gorontalo dan beberapa kampus yang ada di Gorontalo. Kombinasi peran ganda ini semakin memperkaya kiprahnya, menjadikannya figur yang dihormati baik dalam dunia dakwah maupun di dunia pendidikan. Sebagai seorang pendidik sekaligus dai, ia berhasil menunjukkan bahwa dunia agama dan pendidikan dapat berjalan beriringan, memberikan teladan bagi generasi muda yang ingin berkarya dalam dua bidang tersebut.

Bagi penulis, Ustadz Roswan Manto adalah sosok dai muda yang memiliki potensi besar untuk menjadi ustadz kondang di masa depan, bahkan bisa sejajar dengan Ustadz Abdul Somad. Semangat dakwahnya yang inspiratif dan kemampuan berbicaranya yang luar biasa menjadikannya contoh yang patut diikuti oleh banyak orang, terutama generasi muda yang ingin menyeimbangkan kehidupan profesional, spiritual dan kontribusi sosial mereka.

Total Tayangan Halaman

Kategori

Recent Posts

Teknologi Canggih, Skill Harus Level Up: Gen Z Siap?

Zaman sekarang, siapa yang gak tau teknologi Artificial Intelligence (AI)? Semuanya bisa dikerjakan sama teknologi ini, bahkan dalam beberap...

Quotes

"Sebelum berpikir untuk mengubah dunia, terlebih dulu ubahlah pikiranmu" Arsa Danialsa_

Quotes

"Tidak ada yang namanya kegagalan, yang ada hanyalah feedback" Arsa Danialsa_

Butuh Bantuan?

Nama

Email *

Pesan *