• Ingin Cerita Anda Menginspirasi Dunia | Coming Soon

    Di Zona Insight, kami percaya bahwa setiap individu dan kelompok memiliki cerita yang layak didengar. Kami hadir untuk membantu Anda mempublikasikan ide, pengalaman, atau prestasi agar menjangkau lebih banyak audiens.

  • Ayo Jadi Penulis di Zona Insight | Klik di sini untuk Daftar

    Manfaatkan kesempatan selama 3 bulan bersama Zona Insight untuk memberi dampak dan inspirasi lewat tulisan. Kamu juga akan dibekali pengetahuan dan keterampilan menulis oleh mentor Zona Insight, serta mendapatkan sertifikat penghargaan sebagai penulis inspiratif.

Jumat, 02 Mei 2025

KEREN, TAPI NGERI! YUK MENGENAL DEEPFAKE




Pernah nggak sih kamu lihat kasus penipuan yang pakai wajah seorang artis terkenal? Atau mungkin kamu pernah lihat wajah seorang pemimpin negara muncul dalam sebuah konteks yang tidak biasa? Nah, fenomena ini dikenal sebagai deepfake, sebernya apasih deepfake itu?

Deepfake adalah teknologi manipulasi gambar, video bahkan suara yang basisnya adalah kecerdasan buatan yang bisa bikin konten palsu jadi kayak nyata banget. Di dunia hiburan sendiri, deepfake bIasa dipakai buat “ngebangkitin” aktor yang udah meninggal biar kesan nostalgis dalam film tersebut bisa dirasain sama penonton, gak jarang juga deepfake dipakai buat bikin efek visual dengan budget yang minim tapi tetap kerasa realistis. Namun di balik kerennya deepfake ini ternyata ada potensi bahaya yant besar kalau sampai deepfake dipakai buat hal – hal negatif

Sudah ada beberapa penelitian yang nunjukin ngerinya deepfake. Menurut Dwi Putra, Sania Dan mitrin (2024) dalam jurnal Sagara Komunika, deepfake itu bisa merusak kredibilitas media tradisional. Loh kok bisa? Karena dengan adanya deepfake orang bakalan makin sulit bedain mana berita beneran dan mana yang hoaks. Nah Fadhilah dan kawan – kawan (2024) dalam jurnal Kawistara UGM juga ngungkapin hal yang sama, menurut mereka penyalahgunaan deepfake bisa nimbulin fenomena yang namanya infopocalypse, yaitu sebuah kondisi ketika masyarakat udah gak percaya atau kehilangan kepercayaan sama semua jenis informasi.

Kalau menurut Noerman dan Ibrahim (2024) dalam jurnal mereka yaitu USM Law Review, mereka bilang kalau Indonesia pada saat ini belum punya aturan khusus terkait fenomena deepfake yang meresahksn ini. Namun, kasusnya masih ditangani pakai UU ITE dan UU pornografi. Teknologi deepfake emang keren banget namun bahaya yang ditimbulin juga gak main – main.

Ibarat pisau bermata dua, di satu sisi bisa jadi alat untuk menuangkan kreativitas, namun di sisi lainnya bisa menjadi sesuatu untuk memfitnah orang yang gak bersalah & nimbulin hoaks yang meresahkan.

Biar gak gampang ketipu sama konten deepfake, ada beberapa hal yang bisa kamu perhatikan:

Perhatikan Gerakan Wajah dan Mata

Deepfake kadang masih punya kelemahan pada gerakan wajah, terutama bagian mata. Kalau kamu lihat mata yang jarang berkedip, atau ekspresi wajah yang terasa “kaku” dan gak natural, bisa jadi itu deepfake.

Cek Sinkronisasi Suara dan Bibir

Kalau suara terdengar aneh, kayak datar atau gak sinkron sama gerakan mulutnya, itu juga bisa tanda kalau videonya hasil deepfake.

Amati Pencahayaan dan Bayangan

Deepfake kadang suka mis di bagian pencahayaan. Misal, cahaya di wajah beda sama latar belakangnya, atau bayangannya aneh.

Gunakan Tools Pendukung

Sekarang udah banyak aplikasi atau website yang bisa bantu deteksi deepfake, misalnya Deepware Scanner, Sensity AI, atau Microsoft Video Authenticator.

Crosscheck ke Sumber Asli

Sebelum percaya sama video atau gambar yang aneh, sebaiknya  cek dulu beritanya di media terpercaya.

“JoMO: Bahagia Itu Gak Perlu Cari Validasi Sana-Sini!”



Kamu nggak update insta story hari ini?

Nggak ikut tren velocity?

Nggak ikut nongkrong di café?

Tenang, kamu nggak salah kok. Kamu nggak kudet. Kamu cuman lagi JoMO!

​Iya, JoMO alias Joy of Missing Out. Mungkin kalian tahunya cuman FoMO, kan? Nah sebenarnya ada juga istilah buat kalian yang ngerasa happy karena gak ikut-ikutan sama yang lain, apalagi sama tren TikTok yang velocity-nya nggak habis-habis. JoMo tuh kayak bilang “gue nggak ikutan, dan gue fine-fine aja”.

​Pernah gak sih kamu ngerasa capek banget ngeliat anak muda zaman sekarang yang apa-apa main cekrek. Scroll TikTok dikit, bermunculan video velocity yang semakin banyak versinya—udah kayak HP aja pake Pro Max segala! Bahkan nih, anak muda pada senang banget nongkrong ke café sampe pagi, seolah kayak gak ada beban sama sekali.

​Di tengah dunia yang sibuknya minta ampun ini, JoMO ngajarin kita buat istirahat sebentar. Nggak semua hal harus di-posting sana-sini. Nggak semua tren harus diikutin, dan nggak semua tempat viral harus didatengin. Daripada ngabisin duit di café mahal mending buat kopi aja di rumah. Kadang, obrolan ringan sambil sarapan bareng orang tersayang di pagi hari udah cukup bikin hati terasa penuh dan bahagia. Alih-alih ngerasa kudet, orang yang nerapin JoMO malah lebih bahagia. Nggak ada gangguan notifikasi apalagi tekanan sosial. Sebenarnya JoMO bisa ngasih ruang buat refleksi diri kita. Sadar kalau hidup nggak harus butuh validasi.

Mungkin kalian pernah bertanya, ​kenapa sih kita harus JoMO?

1. Biar mental gak capek!

Jujur deh, ngeliat orang-orang pada sibuk mikirin tren, liburan buat bahan insta story, produktif tiap hari capek kan? Padahal kita sama-sama manusia, dan kita gak harus compare terus.

2. Biar hidup bener-bener dinikmati

Sebelum makan gak harus cekrek, pas makan gak harus live IG, pas selesai makan gak harus TikTokan. Kadang, momen yang paling berharga malah yang gak terekam kamera.

3. Biar tahu kalau damai itu penting

JoMO itu kayak rebahan, dengerin lagu favorit, atau ngobrol santai tanpa harus mikirin impresi.

Udah deh dari pada haus validasi mending matiin notifikasi, unfollow akun yang bikin overthinking, nolak ajakan temen tanpa rasa salah (self care!) dan mending ngobrol sama diri sendiri bukan sama algoritma!

Intinya, kamu nggak harus ada di mana-mana buat valid, dan nggak harus viral buat bahagia. Yang kamu butuh itu cuman waktu sendiri, bernapas lega sama nonton series favorit tanpa gangguan siapa-siapa!

JoMO bukan soal menghindar dari dunia tapi soal pilihan. Bukan berarti kamu milih untuk nggak ikutan kamu kalah, tapi itulah yang namanya dewasa.

Jumat, 25 April 2025

Teknologi Canggih, Skill Harus Level Up: Gen Z Siap?




Zaman sekarang, siapa yang gak tau teknologi Artificial Intelligence (AI)? Semuanya bisa dikerjakan sama teknologi ini, bahkan dalam beberapa tahun terakhir AI udah kayak roket yang meluncur kencang tanpa batas. Mulai dari chatbot yang diajak ngobrol kayak manusia, sampai baru – baru ini lagi rame tuh tren bikin foto ala studio Ghibli, semuanya bikin kita tuh kagum sama teknologi ini. Tapi, kadang karena saking semua hal bisa dilakuin sama AI, kita agak deg-degan juga. Apalagi kita—Gen Z—yang katanya paling Tech-savvy, beneran udah siap belum sih menghadapi dunia yang didominasi sama AI? Atau justru malah panik karena takut digantikan?

AI sekarang bukan cuman sekadar nanya jawaban ujian doang. Bahkan di dunia pekerjaan, AI udah mulai masuk ke berbagai bidang mulai dari edukasi, kesehatan, keuangan, desain sampai industri kreatif. Banyak pekerjaan yang dulunya memakan waktu dan tenaga manusia, sekarang bisa dikerjakan bak pesulap sirkus dalam hitungan detik. Contohnya desainer grafis bisa aja saingan sama AI yang bikin ilustrasi hanya dalam waktu 10 detik. Penulis artikel harus bersaing sama program yang bisa buat artikel otomatis. Bahkan dosen pun harus bersaing sama teknologi yang semuanya bisa dijawab hanya hitungan detik.

Artificial Intelligence (AI) menjadi salah satu teknologi yang lagi naik daun di dunia. Bahkan dilansir dari sumber databoks, Indonesia menduduki peringkat ke 3 dari 10 Negara penyumbang kunjungan terbanyak ke aplikasi Artificial Intelligence (AI). Di tahun 2024 aja, pengguna AI di Indonesia mencapai 1,3 juta pengguna! Nggak heran kalau zaman sekarang orang-orang pada nggak bisa lepas dari yang namanya AI.

Kita sebagai Gen Z wajar gak sih panik? Takutnya kedepannya pekerjaan kita malah akan digantikan sama AI ini. Wajar kok kalau ada rasa khawatir kayak gitu. Tapi, alih-alih panik mending kita ubah minset jadi “Gimana cara kedepannya kita bisa kerja bareng AI”. Sebenarnya Gen Z tuh punya keuntungan salah satunya Digital Native yang harusnya sih adaptasi sama teknologi itu bukan hal yang baru. Yang paling penting sekarang yaitu:

Belajar, dunia itu perubahannya cepet banget. Bisa jadi skill sekarang yang kita punya besoknya malah jadi basi. Makanya penting buat kita apalagi Gen Z buat terus belajar dan upskilling.

Nilai emosional, hal ini masih menjadi “senjata rahasia” kita sebagai manusia. Emang sih AI bisa ngasih data dan output, tapi emang nilai emosional dan empati AI bisa? Itu masih jadi domain kita sampai sekarang.

Eksplorasi, nih buat para Gen Z jangan takut buat nyoba yang namanya teknologi baru. Minimal ngulik di YouTube lah biar kita juga gak Gaptek!

Jadi, buat Gen Z yang kerjanya cuman scroll-scroll HP doang, mageran sama multitasking. Udah saatnya melek, sama tunjukin kalau kita juga bisa. Nggak dicap generasi rebahan doang. Kita semua juga bisa sukses di era AI. Kita juga harus melek teknologi, terus belajar sama kreatif.

Kalau AI makin canggih, bukan berarti kita kalah dan malah makin panik. Tapi harusnya kita makin semangat buat beradaptasi dan terus eksplore hingga menciptakan peluang baru. Masa depan gak sepenuhnya ditentukan sama teknologi doang, tapi gimana kita siap buat ngadepinnya!

Burnout di kalangan pelajar: Beneran lelah atau hanya rasa malas?




Pernah nggak sih, kamu ngerasa capek banget waktu ngerjain tugas sekolah atau kuliah, padahal mulai aja belum. Atau tiba – tiba ngerasa males banget untuk ngerjain PR yang dikasih guru, padahal kamu biasanya semangat buat ngerjainnya? Hati – hati loh hal tersebut bisa jadi bukan rasa malas biasa, tapi kamu lagi ngalamin yang namanya burnout?

Menurut psikolog asal Amerika Serikat Christina Maslach, burnout sendiri adalah sindrom kelelahan emosional dan sinisme yang dialami oleh seseorang akibat stress kerja kronis. Walau umumnya burnout ini dialami oleh pekerja kantoran namun pelajar juga bisa terkena burnout loh. Burnout pada pelajar bisa terjadi karena tugas, ujian, ekskul bahkan ekspektasi yang diciptakan diri sendiri maupun lingkungan sekitar.

Banyak orang yang salah kaprah, mereka mikirnya pelajar kalo ngeluh capek itu ya karena mereka malas aja ngerjain tugas. Padahal menurut penelitian dari Mediva Syafira, Siti Khotimah, dan Eka Yuni Nugrahayu tahun 2023, dalam jurnal mereka disebutkan sekitar 35% mahasiswa ngalamin gejala burnout, hal ini udah termasuk kelelahan emosional, depersonalisasi atau mereka ngerasa asing sama diri sendiri, bahkan sampai ke menurunnya prestasi akademik. Angka ini bukan angka yang kecil loh.

Penelitian dari Eirene Priscilla C. Simatupang dan Yoanita Widjaja dalam jurnalnya tahun 2021 juga ngejelasin bahwa tekanan akademik yang tinggi serta manajemen waktu yang buruk jadi pemicu utama burnout pada pelajar SMA dan mahasiswa, ngelihat hal ini tentu aja semua yang terjadi bukan semata – mata karena malas, tetapi emang kondisi mental yang serius.

Rasa malas biasanya bersifat sementara, kadang muncul, kadang hilang, dan bisa diatasi dengan motivasi atau istirahat sejenak. Tapi burnout beda. Burnout membuat seseorang benar-benar kehilangan energi, motivasi, bahkan kepercayaan diri. Kamu bisa merasa lelah setiap hari meskipun sudah tidur cukup, sulit fokus meski suasana tenang, atau merasa kosong dan nggak tahu harus mulai dari mana.

Lalu, kalau kamu mulai ngerasa tanda-tanda itu, apa yang bisa dilakukan?

Nih, Tips Mengatasi Burnout pada Pelajar!

Kenali dan akui kondisimu

Langkah pertama adalah sadarilah kemungkinan kamu mengalami burnout. Jangan langsung menilai diri sendiri sebagai pemalas. Akui dan terima perasaan lelah kamu, itu hal yang wajar.

Atur ulang waktu dan prioritas

Coba evaluasi jadwal kamu. Apakah terlalu padat? Apakah semua kegiatan benar-benar perlu? Kadang kita terlalu memaksakan diri ikut banyak hal karena takut ketinggalan atau ingin terlihat produktif. Padahal tubuh dan pikiran punya batasnya.

Ambil jeda yang berkualitas

Istirahat bukan berarti rebahan seharian sambil scroll medsos (yang justru bisa bikin makin overthinking). Coba ambil waktu untuk benar-benar recharge, misalnya jalan santai sore, baca buku ringan, dengerin musik, atau ngobrol santai bareng teman.

Berani bilang “Cukup”

Nggak semua hal harus kamu lakukan sekarang juga. Tugas penting memang, tapi kesehatan mental juga nggak kalah penting. Kalau sudah terlalu berat, nggak apa-apa kok minta bantuan atau diskusi sama guru/dosen untuk cari solusi.

Jaga keseimbangan hidup

Sisihkan waktu untuk hal-hal yang kamu suka, selain belajar.  Main musik, gambar, nonton film, olahraga, apa aja yang bikin kamu merasa lebih hidup, nggak cuma jadi robot tugas.

Cari dukungan

Kalau kamu merasa burnout-nya makin parah dan mengganggu aktivitas sehari-hari, jangan ragu cari bantuan profesional. Konselor sekolah, psikolog, atau layanan kesehatan mental bisa jadi tempat curhat yang aman dan membantu kamu pulih. 

Jumat, 18 April 2025

10 QUOTES ARSA DANIALSA


Kita percaya setiap pencapaian individu kita adalah kombinasi antara pikiran, perkataan dan perbuatan. Kami biasa menyebut ini dengan istilah Neuro Linguistic Programming (NLP). Bahwa pikiran kita dapat memengaruhi perkataan, dan perkataan dapat memengaruhi tingkah laku kita. Pada konteks ini, selain pikiran yang positif, kata-kata yang positif memiliki pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan kita sehari-hari. Berikut 10 kumpulan kata-kata dari Arsa Danialsa, seorang Dosen dan Trainer di bidang pengembangan diri dan Neuro Linguistic Programming (NLP) yang kami rangkum untuk Anda:

"Sebelum berpikir mengubah dunia, ubahlah pikiranmu terlebih dulu."

"Mau se-idealis apapun kita, sisakan sedikit ruang untuk keikhlasan. Karena semua orang akan realistis juga pada waktunya. Kita boleh idealis dengan mimpi dan cita-cita, tapi jangan lupakan, akan selalu ada ketidaksesuaian atas hasil yg kita dapatkan."

"Orang-orang kebanyakan hanya bisa memberi contoh tapi tidak bisa menjadi contoh."

"Ada dua respon yang mungkin akan kita rasakan saat gagal; kecewa dan ikhlas. Jika kecewa, maka sadarlah. Jika iklas, maka belajarlah."

"Jika gagal adalah pilihan, lebih baik gagal karena sudah mencoba daripada gagal tapi tidak mencoba sama sekali."

"The map is not the territory; peta bukanlah wilayah yang sebenarnya. Begitupun apa yang kita pikirkan belum tentu kenyataanya. Tapi ingat dan berhati-hatilah, apa yang kita pikirkan bisa jadi akan menjadi kenyataan jika kita mengamini dan meyakini pikiran tersebut."

"Sudahlah, tidak ada waktu untuk terus mengeluh. Teruslah bernapas."

"Orang kaya yang sebenarnya bukanlah mereka yang punya apa, melainkan yang bisa berbagi apa."

"Mau se-idealis apapun kita, sisakan sedikit ruang keikhlasan. Karena pada akhirnya semua orang akan realistis juga pada waktunya. Kita boleh idealis dengan mimpi dan cita-cita, tapi jangan lupakan, akan selalu ada ketidaksesuaian atas hasil yang kita dapatkan."

"Orang-orang kebanyakan hanya bisa memberi contoh, bukan menjadi contoh."

Semoga kata-kata di atas dapat memberikan makna dan dampak baru yang lebih positif untuk aktivitas kita semua.

Total Tayangan Halaman

Kategori

Recent Posts

Tahukah kamu? Di Gorontalo ada museum keren yang penuh dengan sejarah luar biasa!

  Yup, namanya Museum Purbakala Popa Eyato ! Museum ini bukan sembarang museum, lho. Namanya diambil dari dua tokoh raja berpengaruh yang pe...

Quotes

"Sebelum berpikir untuk mengubah dunia, terlebih dulu ubahlah pikiranmu" Arsa Danialsa_

Quotes

"Tidak ada yang namanya kegagalan, yang ada hanyalah feedback" Arsa Danialsa_

Butuh Bantuan?

Nama

Email *

Pesan *