• Ingin Cerita Anda Menginspirasi Dunia | Coming Soon

    Di Zona Insight, kami percaya bahwa setiap individu dan kelompok memiliki cerita yang layak didengar. Kami hadir untuk membantu Anda mempublikasikan ide, pengalaman, atau prestasi agar menjangkau lebih banyak audiens.

  • Ayo Jadi Penulis di Zona Insight | Klik di sini untuk Daftar

    Manfaatkan kesempatan selama 3 bulan bersama Zona Insight untuk memberi dampak dan inspirasi lewat tulisan. Kamu juga akan dibekali pengetahuan dan keterampilan menulis oleh mentor Zona Insight, serta mendapatkan sertifikat penghargaan sebagai penulis inspiratif.

Sabtu, 30 November 2024

PULANG




 Judul: Pulang

Penulis: Leila S. Chudori

Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia

Tahun Terbit: 2012

Ketebalan: 461 halaman

ISBN: 978-979-91-0515-8


BLURB

Novel Pulang adalah kisah dua generasi—Dimas Suryo dan putrinya, Lintang Utara—yang bersama-sama menetap di Paris, Prancis. Seperti ribuan warga Indonesia lain yang terjebak di berbagai negara dengan status stateless, keluarga Dimas Suryo tak pernah bisa pulang ke Indonesia karena paspor mereka dicabut dan kehidupan mereka terancam.

----

"Novel Pulang" adalah karya yang berhasil menggabungkan peristiwa sejarah 30 September 1965, Prancis Mei 1968, dan Indonesia Mei 1998 dengan cerita keluarga yang menggugah hati. Dalam kisah ini, penulisnya, Leila S. Chudori, secara magis menyoroti dampak yang merajalela dari peristiwa bersejarah ini pada kehidupan sehari-hari keluarga protagonis.

Penulis mengambil pendekatan yang sangat menarik dengan menggambarkan peristiwa sejarah dari POV berbagai tokoh yang heterogen. Melalui POV masing-masing tokoh juga, pembaca dapat melihat bagaimana peristiwa bersejarah memengaruhi kehidupan pribadi dan hubungan antartokoh. Alur ceritanya maju-mundur sehingga pembaca disuruh mengumpulkan kejadian per kejadian agar jadi satu cerita yang menarik dan luar biasa.

Setiap tokoh mengalami perjalanan emosional yang mendalam. Di dalam novel ini, krisis sejarah merubah dinamika hubungan dalam keluarga. Ada yang mungkin menjadi lebih dekat karena bersama-sama menghadapi tantangan, sementara yang lain bisa mengalami distansi karena perbedaan pendapat atau pandangan politik.

Penulis memberikan gambaran yang autentik dan terperinci tentang suasana dan kehidupan masyarakat pada masa-masa tersebut. Bahkan aku bisa merasakan ketegangan yang diceritakan pada kerisuhan Mei 98, terasa dekat, penulis berhasil membuat pembaca dapat membayangkan dengan jelas dan meresapi atmosfer cerita. Ah dasar! Aku terlalu masuk dalam cerita sehingga kadang tidak menyadari bahwa novel ini adalah kisah fiksi tapi menggunakan latar belakang di masa-masa suram itu.

Novel ini secara khusus aku rekomendasikan untuk pembaca dewasa. Cerita yang dihadirkan mengandung tema-tema kompleks, konflik emosional yang mendalam, dan mungkin juga elemen-elemen yang kurang sesuai untuk usia muda. Dengan kedewasaan, pembaca dapat lebih memahami nuansa cerita, menghargai kompleksitas karakter, dan meresapi pesan-pesan yang disampaikan melalui perjalanan hidup para tokohnya.

bermalam di senyummu

 



Setelah siang yang begitu rumit,

setidaknya ada malam yang menenangkan segalah hal yang pahit.

Bermalam di senyummu adalah ketenangan yang kubutuhkan.

Semesta juga mengiyakan.

Bahwa, tidak ada yang lebih tenggelam dari pelukan yang menyamankan,

pelukanmu di saat-saat aku lemah oleh kehidupan.

Terima kasih atas kehangatan ini.

Kehangatan yang membuatku kuat dan lebih percaya diri.

Kehangatan yang membuatku tumbuh lebih dari ini,

tenang dan membekukan beban di hati.

Tidurlah, buatlah dirimu nyenyak di bawah pelukan malam.

Aku di sini, menjaga dari balik hatimu paling dalam.

Besok, bangunlah sebelum cahaya.

Sebab aku ada di sana,

Sebagai subuh yang membawa cinta.

Untuk kita,

cemara—pulang

 




 

Aku memelukmu dengan ketabahan,

pada tubuhmu yang lembut penuh kehangatan,

dan rindu yang menyatu dalam pelukan.

 

Aku ‘tak menyangka,

di tubuhmu ada rindu yang menyeruak tanpa suara.

menenggelamkan permukaan-permukaan kata,

menjadi jingga yang diam seribu bahasa.

 

Di pelukanmu, aku menjadi laut.

Dan kau adalah permukaan yang menenggelamkan.

Lalu aku, mati dan mengurai menjadi dirimu.

 

Di dadamu, aku adalah suara yang tidak beraturan.

: aku adalah sandaran debar di jantungmu; dan kamu adalah dingin yang menyejukkan.

 

Selalu ingatlah ini,

sayang,

Kita merayakan setiap malam—mengantar malam menjadi tiada; alang melintang menjadi bayang-bayang.

Lalu pagi datang di pinggir-pinggir cemara,

bertukar tempat dengan kita,

yang pada akhirnya,

kita pulang.


Ini Dia Tips Mengelola Emosi dalam Aktivitas Sehari-Hari Yang Harus Kamu Tahu

 


Pada tulisan ini kita akan mendiskusikan mengenai teknik mengelola stress, teknik mindfulness dan meditasi, serta megendalikan emosi negatif.

1. Teknik Mengelola Stress

Pada situs ini, saya pernah menyinggung salah satu penyebab terjadinya stress adalah penggunaan media sosial yang berlebihan pun tidak adanya perencanaan agenda dan skala prioritas setiap harinya. Beban kerja yang banyak, tugas yang menumpuk, serta tidak adanya waktu istirahat juga menjadi pemicu utama dari adanya stress tersebut.

Ada 5 tips yang bisa kita lakukan agar dapat mengelola stress:

Pertama, manajemen waktu dan skala prioritas. Sudah pasti ini menjadi keharusan yang paling utama untuk kita lakukan. Tujuannya agar setiap aktivitas yang kita lakukan setiap hari lebih produktif dan terarah, sehingga terhindar dari aktivitas-aktivitas yang bisa memicu terjadinya stress berkepanjangan. Termasuk bermain media sosial setiap waktu.

Kedua, olahraga yang teratur. Tidak perlu melakukan olahraga berat seperti angkat beban, cukup dengan berjalan minimal 10.000 langkah setiap harinya, atau peregangan di sela-sela aktivitas atau pekerjaan, berenang, yoga, dan lain sebagainya. Lakukan secara rutin dan terjadwal setiap harinya. Hal ini dapat memicu peningkatan produksi endorfin yang dapat meningkatkan suasana hati dan menekan terjadinya stress berkepanjangan.

Ketiga, hobi dan rekreasi. Kita dapat meningkatkan kebahagiaan atau suasana hati yang baik dengan cara menghabiskan waktu untuk hobi. Apalagi jika hobinya adalah olahraga. Selain itu, aktivitas rekreasi juga dapat dijadikan pilihan untuk menjaga dan meningkatkan suasana hati menjadi lebih baik dan bahagia.

Keempat, relaksasi otot progresif. Dalam mempraktikkan poin ini, kita perlu didampingi oleh seseorang yang sudah ahli atau seorang praktisi di bidang ini. Jika tidak memiliki relasi, kita boleh mencari sumber-sumber dari berbagai media, salah satunya media sosial yakni youtube.

Keenam, teknik pernapasan 4-7-8. Teknik ini mampu mengatasi stress dan dapat digunakan untuk relaksasi. Selain itu, teknik ini juga dapat digunakan untuk mengatasi gugup dan sulit tidur. Penggunaan teknik ini cukup sederhana, dengan cara menghirup udara selama 4 detik, lalu ditahan selama 7 detik, dan diembuskan selama 8 detik melalui mulut. Lakukan setiap pagi dan malam hari sebelum istirahat, pun saat akan tampil di atas panggung atau penampilan apapun yang membuat adrenalin kita meningkat. Setiap kali melakukan teknik ini, ulangi 4-6 kali.

2. Teknik Mindfulness dan Meditasi

Teknik mindfulness dan meditasi ini sudah menjadi teknik umum yang tidak hanya diketahui, melainkan dipraktikkan banyak orang—bahkan tanpa bantuan professional sekalipun.

Mindfulness, kita hanya perlu sadar dan menaruh perhatian, hadir pada setiap momen yang kita lakukan (sedang berlangsung/saat ini). Banyak orang yang meskipun tubuhnya sedang dengan apa yang dia kerjakan, tapi tidak dengan pikirannya yang mungkin berada di tempat lain. Ada salah satu metode yang biasa saya lakukan untuk menarik diri agar bisa sepenuhnya dan seutuhnya hadir dan fokus pada apa yang dikerjakan saat ini. Namanya metode 5-4-3-2-1: mencari 5 benda yang bisa kita lihat secara visual yang ada di dekat kita, lalu menyentuh 4 benda, dengarkan 3 suara/bunyi, membaui 2 bau, dan mengecap 1 makanan/sesuatu yang bisa dirasakan lidah.

Meditasi mindfulness, teknik ini cukup sederhana, kita hanya perlu duduk diam dengan posisi senyaman mungkin (direkomendasikan posisi duduk meditasi dengan kaki bersila, tangan di atas lutut, dan mata ditutup). Gunakan teknik pernapasan 4-7-8, fokuslah pada apa yang muncul di pikiran kita tanpa berusaha mengubahnya. Latihan ini dapat membantu kita untuk menenangkan pikiran dan meningkatkan kesadaran diri.

Body Scan, latihan ini merupakan cara kita untuk memindai dan merasakan sensasi di setiap bagian tubuh kita. Apakah itu perasaan tidak nyaman atau rasa sakit. Hal ini dapat membantu meningkatkan kesadaran diri dan relaksasi.

3.  Mengendalikan Emosi Negatif

Identifikasi pemicu negatif, kenali situasi atau pikiran yang memicu emosi negatif. Mengetahui pemicu dapat membantu kita untuk mengelola reaksi dengan lebih baik.

Pengalihan positif, kita juga dapat mengalihkan pikiran dengan cara melakukan aktivitas yang menyenangkan, entah melakukan hobi atau sekadar mendengarkan musik, nonton film, bersepeda, dan aktivitas menyenangkan lainnya.

Tuliskan masalah dengan rinci, dengan menuliskan semua masalah atau pemicu emosi negatif, kita telah berhasil menyelesaikan Sebagian masalah tersebut. Biasanya hal ini terjadi karena kadang kala kita tidak bisa mengidentifikasi masalah apa yang kita hadapi sehingga membatasi kita dalam penemuan solusinya.

Mengeskpresikan emosi, sebaiknya kita tidak menahan atau menekan perasaan atau emosi negatif yang kita rasakan. Ekspresikan emosi itu dengan cara yang sehat seperti menulis jurnal, bercerita dengan teman kepercayaan atau orang tua, atau melakukan meditasi.

Sebenarnya masih banyak cara yang dapat kita lakukan, tetapi, apa yang saya tuliskan di atas secukupnya dapat membantu kita dalam mengatasi dan mengendalikan emosi negatif.

 

Ayo Kita Refleksi Lagi dan Jadilah Manusia Positif

 



Membangun Mindset Positif

Mindset positif adalah cara berpikir yang berfokus pada optimisme, keberanian, dan keyakinan bahwa segala sesuatu dapat berjalan dengan baik. Memiliki mindset positif sangat penting karena:

  1. Meningkatkan Kesehatan Mental: Pikiran positif dapat mengurangi stres, kecemasan, dan depresi, serta meningkatkan rasa bahagia dan puas dalam hidup.
  1. Meningkatkan Kesehatan Fisik: Studi menunjukkan bahwa orang dengan mindset positif memiliki risiko lebih rendah terhadap penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan kondisi kesehatan lainnya.
  1. Meningkatkan Produktivitas: Pikiran yang positif mendorong motivasi, kreativitas, dan kemampuan untuk menyelesaikan tugas.
  1. Memperkuat Hubungan: Orang yang berpikir positif cenderung lebih ramah, suportif, dan mampu membangun hubungan yang sehat dan harmonis.
  1. Mengatasi Tantangan: Mindset positif membantu seseorang melihat tantangan sebagai peluang untuk belajar dan berkembang, bukan sebagai hambatan.
Cara Membangun dan Mempertahankan Mindset Positif
  1. Fokus pada Hal-Hal Baik: Latih diri kita untuk fokus pada hal-hal positif. Buat jurnal syukur untuk mencatat hal-hal baik yang terjadi setiap hari.
  1. Ubah Pikiran Negatif: Saat pikiran negatif muncul, identifikasi dan gantikan dengan pikiran yang lebih positif dan realistis.
  1. Bergaul dengan Orang Positif: Lingkungan yang positif dapat mempengaruhi cara berpikir kita. Habiskan waktu dengan orang-orang yang mendukung dan memotivasi kita.
  1. Lakukan Affirmasi: Gunakan afirmasi positif untuk menguatkan keyakinan diri kita. Contoh afirmasi adalah “Saya mampu mencapai tujuan saya” atau “Saya layak mendapatkan kebahagiaan.”
  1. Jaga Kesehatan Fisik: Pola makan sehat, tidur yang cukup, dan olahraga teratur dapat meningkatkan suasana hati dan membantu menjaga pikiran tetap positif.
  1. Latihan Meditasi dan Mindfulness: Meditasi dan mindfulness membantu mengelola stres dan meningkatkan kesadaran diri, yang penting untuk mempertahankan mindset positif.
Latihan dan Aktivitas untuk Pengembangan Mindset
  1. Jurnal Syukur: Tuliskan tiga hal yang kita syukuri setiap hari untuk membantu fokus pada aspek positif dalam hidup.
  1. Visualisasi: Bayangkan diri kita mencapai tujuan dan meraih kesuksesan. Visualisasi dapat meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi.
  1. Latihan Refleksi Diri: Luangkan waktu setiap hari untuk merefleksikan pikiran dan perasaan kita, serta belajar dari pengalaman.
  1. Berbuat Baik: Melakukan kebaikan untuk orang lain, seperti membantu teman atau berpartisipasi dalam kegiatan sukarela, dapat meningkatkan rasa bahagia dan puas.
  1. Meningkatkan Pengambilan Keputusan: Kesadaran diri membantu kita untuk membuat keputusan yang lebih baik dan sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan kita.
  1. Meningkatkan Hubungan: Memahami diri sendiri membantu Anda berkomunikasi lebih efektif dan membangun hubungan yang lebih kuat dengan orang lain.
  1. Mengelola Emosi: Kesadaran diri memungkinkan kita untuk mengidentifikasi dan mengelola emosi negatif dengan lebih efektif.
  1. Pengembangan Pribadi: Mengetahui kekuatan dan kelemahan kita memungkinkan untuk terus berkembang dan mencapai potensi secara penuh.

Mengenal Diri Sendiri—Pentingnya Self-Awareness

Self-awareness atau kesadaran diri adalah kemampuan untuk mengenali dan memahami emosi, pikiran, dan perilaku Anda sendiri. Ini penting karena:



Moderasi Beragama: Kunci Harmoni dalam Keberagaman Indonesia



Indonesia merupakan negara yang sangat beragam, baik dari segi agama maupun budaya. Sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia juga memiliki umat beragama lain seperti Kristen, Hindu, Budha, dan Konghucu serta aliran kepercayaan lainnya. Keberagaman itu menjadi sebuah keniscayaan yang harus dipelihara dan dilestarikan eksistensinya.

Munculnya berbagai permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan beragama di Indonesia, seperti konflik antar umat beragama, radikalisme, dan sentimen keagamaan, mengharuskan adanya sebuah instrumen yang dapat menjembatani perbedaan tersebut.

Moderasi beragama menjadi salah satu pendekatan yang mampu mengelola perbedaan agama dan budaya. Konsep moderasi beragama memiliki sejarah yang panjang di Indonesia. Konsep ini berasal dari kearifan lokal dan pengalaman sejarah Islam di Indonesia yang telah mengakomodasi keberagaman dan kesederhanaan dalam beragama.

Konsep moderasi beragama kemudian semakin berkembang pada awal abad ke-20 ketika gerakan keagamaan seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama muncul di Indonesia. Kedua gerakan tersebut berusaha mengembangkan konsep Islam yang moderat, toleran, dan mengakomodasi keberagaman dalam masyarakat.

Pada tahun 2010, mantan Ketua Umum PBNU, KH. Hasyim Muzadi memperkenalkan konsep Islam Nusantara sebagai alternatif untuk menghadapi tantangan keberagaman di Indonesia. Selain KH. Hasyim Muzadi, tokoh-tokoh lain seperti Gus Dur (KH. Abdurrahman Wahid), KH. Said Aqil Siradj, dan beberapa ulama dan tokoh masyarakat lainnya juga turut memperjuangkan konsep moderasi beragama ini di Indonesia. Konsep ini kemudian menjadi semakin populer dan dikenal secara luas di masyarakat Indonesia, terutama setelah Presiden Joko Widodo memperkenalkannya dalam pidato kenegaraannya pada tahun 2014.

Konsep moderasi beragama menjadi semakin relevan di era modern ini di mana tantangan keberagaman semakin kompleks dan membutuhkan pendekatan yang moderat, inklusif, dan mengakomodasi keberagaman dalam masyarakat. 

Pada masa penjajahan, Islam di Indonesia telah diwarnai oleh kearifan lokal yang memungkinkan Islam di Indonesia bersinergi dengan budaya dan kepercayaan setempat. Hal ini terlihat dalam praktik Islam di Indonesia yang cenderung moderat dan toleran, serta menghargai keberagaman dalam masyarakat. Dalam konteks global, moderasi beragama juga telah dikenal di banyak negara, dan telah terbukti dapat menciptakan kehidupan yang harmonis antar umat beragama. 

Hati-hati, Inilah yang Akan Terjadi Pada Kesehatan Mental Kamu Jika Menggunakan Media Sosial Secara Berlebihan



Di dunia ini, banyak diantara kita yang menginginkan untuk hidup produktif tetapi pada realitasnya, banyak hal yang mendistraksi kita untuk bermalas-malasan—menghabiskan waktu di depan layar handphone misalnya, entah bermain game atau menghabiskan waktu berjam-jam untuk scroll media sosial.

Kadang kita ingin melepaskan diri dari aktivitas paling sia-sia itu, tapi apa daya, seolah diri kita telah terhipnotis untuk tetap melakukannya. Dopamin kita telah terbiasa dengan kesenangan-kesenangan yang sifatnya instan.

Sebagai akibatnya, tubuh kita kadang merasakan lelah berkepanjangan, kepala terasa berat dan sakit, sampai tanpa kita sadari, emosi dan energi kita juga ikut terkuras habis. Jangan tanya kenapa kadang kala dalam beberapa waktu, emosi kita menjadi tidak stabil, mudah tersinggung, selalu overthinking bahkan sering merasa insecure karena terlalu banyak melihat pencapaian orang di media sosial sehingga kita sering membandingkannya dengan kehidupan kita yang semengasihankan ini.

Jangan tanya kenapa, generasi sekarang begitu akrab dengan sebutan mental health, faktanya, justru kita sendiri yang merusak mental kita dengan perilaku-perilaku atau aktivitas-aktivitas yang tidak begitu produktif dan hanya akan merugikan diri sendiri.

Percaya atau tidak, penggunaan media sosial yang berlebihan memiliki dampak negatif yang sama berbahayanya dengan mengonsumsi narkoba. Kita menjadi kecanduan untuk hidup lebih lama di dalam media sosial, dan seperti apa yang kita diskusikan di atas, hal tersebut dapat mengaktifkan dopamin yang membuat kita merasa nyaman untuk berlama-lama menggunakan media sosial.

Oleh karena itulah, kita akan sering merasakan kecemasan, depresi, bahkan penyakit fisik (sebab fisik dan mental manusia adalah satu kesatuan yang saling berhubungan. Jika mental terganggu, maka fisik pun akan terganggu, begitu juga sebaliknya).

Hal ini relevan dengan data yang dikeluarkan oleh Pew Research Center, terdapat 69% orang dewasa dan 81% remaja di AS menggunakan media sosial. Hal ini berdampak pada peningkatan risiko terjadinya kecemasan, depresi, bahkan tak jarang orang akan merasakan sakit hati terhadap hal-hal yang mereka lihat melalui kolom komentar di media sosial.

Tidak hanya itu, sebuah penelitian di Inggris pada tahun 2018 mengaitkan penggunaan media sosial dengan penurunan, gangguan, dan keterlambatan tidur, yang dikaitkan dengan depresi, kehilangan ingatan, dan kinerja akademis yang buruk. Penggunaan media sosial dapat memengaruhi kesehatan fisik penggunanya secara lebih langsung.

Para peneliti mengetahui hubungan antara pikiran dan usus dapat mengubah kecemasan dan depresi menjadi mual, sakit kepala, ketegangan otot, dan gemetar. Jangan heran, beberapa di antara kita mungkin pernah dan sering merasakan dampak ini. Lalu, apa sebenarnya yang menyebabkan kita menjadi kecanduan dengan media sosial? Jawabannya adalah, karena kita tidak memiliki perencanaan atas kehidupan kita sehari-hari.

Jika kita tidak memiliki rundown atau agenda dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, maka akan ada begitu banyak pelarian yang kita lakukan untuk mengisi waktu luang kita. Sebut saja menghabiskan waktu berjam-jam di media sosial. 

x

Jumat, 29 November 2024

23:00

 






Pukul dua tiga,

aku meneguk kopi dari gelas-gelas waktu

aku mengaduk rindu sampai tumpah

kita yang belum bertemu dari kemarin,

aku menjadi pahit

tidak semanis kau ada di sampingku

hujan belum turun lagi

sejak kemarin,

mendung pindah ke mataku,

langit hilang di matamu

kita adalah semesta hitam dan putih

Literasi Kunci Generasi di Abad 21—Revolusi Literasi Lebih dari Sekadar Baca Tulis

 




Sejak 1966, begitu banyak yang tahu bahwa dunia telah mengalami perubahan yang begitu cepat, yang ditandai dengan hadirnya aksara atau literasi sebagai dasar untuk membangun masa depan yang berkelanjutan. Literasi kemudian semakin populer di kalangan masyarakat dunia sejak munculnya era baru yang disebut revolusi industri 4.0. 

Dalam implementasinya, literasi disebut-sebut sebagai kunci generasi muda dalam menghadapi laju perkembangan dunia yang begitu cepat. Hanya ada dua pilihan, diam dan tertinggal atau bergerak dan maju. 


Sebelumnya, masyarakat memandang literasi merupakan aktivitas membaca dan menulis yang menjadi landasan pengetahuan dunia. Namun, semakin lama definisi literasi tidak lagi bersifat definitif belaka. Definisi literasi tidak lagi sebatas membaca dan menulis saja, melainkan erat kaitannya dengan aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. 


Dewasa ini, ada 6 cabang literasi yang perlu kita ketahui yakni; literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi finansial, literasi digital, dan literasi budaya & kewargaan. Enam cabang literasi inilah yang menjadi kunci di abad ke-21. Sehingga masyarakat dituntut untuk dapat menguasai esensi dari literasi yang sebenarnya.


Dalam perkembangannya, dari tahun ke tahun sejak ditetapkannya 8 September sebagai Hari Literasi Internasional oleh UNESCO, momentum ini menjadi euforia tersendiri bagi masyarakat dunia sebagai bentuk kontemplasi untuk merevitalisasi kembali dasar pengetahuan dalam literasi yaitu membaca dan menulis. Bagi masyarakat Indonesia, literasi khususnya minat baca masyarakat menjadi perhatian besar, bahwa literasi Indonesia perlu ditingkatkan demi tercapainya Indonesia yang maju dan berbudaya. 


Kondisi literasi Indonesia semakin diperburuk lagi dengan munculya survei yang dilakukan oleh banyak lembaga internasional yang menyatakan bahwa kondisi literasi Indonesia masih sangat rendah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Central Connecticut State University  menyatakan bahwa budaya literasi dalam hal ini membaca masyarakat Indonesia pada Maret 2016, terburuk kedua dari 61 negara, yakni urutan ke 60. Dibandingkan dengan negara tetangga, Indonesia tertinggal begitu jauh. Sebut saja Singapore yang berada di posisi ke-16. Hal tersebut selaras dengan data yang dikeluarkan oleh UNESCO pada 2016 yang menyebutkan bahwa minat baca Indonesia hanya sebesar 0.001% atau di antara 1000 masyarakat Indonesia hanya ada 1 orang yang memiliki minat baca yang tinggi. Kondisi tersebut menjadi rapor merah terhadap literasi Indonesia sekaligus menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat dan pemerintah untuk terus bergerak melakukan revolusi besar-besaran terhadap kondisi dari literasi yang ada di Indonesia. 


Dalam perjalanannya, Indonesia berupaya keras untuk keluar dari zona yang begitu memprihatinkan. Terbukti dengan adanya perhatian pemerintah, ORMAS, ORMAWA, komunitas, dan kelompok-kelompok pemuda yang turut serta dalam mempromosikan pentingnya literasi khususnya minat baca di kalangan masyarakat. 


Hadirnya ribuan taman baca di Indonesia juga menjadi revolusi literasi yang perlahan mulai menguasai sudut-sudut generasi sehingga kesenjangan-kesenjangan pengetahuan perlahan mulai terkikis oleh adanya gerakan-gerakan dinamis yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Tidak hanya itu, hadirnya program pengiriman buku gratis setiap tanggal 17 tiap bulannya yang dipelopori oleh Pustaka Bergerak Indonesia (PBI) menjadi jembatan besar bagi masyarakat untuk memperoleh buku secara gratis agar semakin mudah untuk menyesuaikan dengan situasi yang semakin rumit dan maju ini.  


Saat ini, ada dua situasi yang dihadapi dunia khususnya Indonesia. Selain revolusi iastry 4.0, masyarakat dihadapkan juga dengan adanya program pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals) atau SDGS 4.6. Visi agenda pembangunan berkelanjutan yang ditargetkan pada 2030 menjadi kesempatan bagi anak muda dan orang dewasa untuk meningkatkan kemampuan diri sehingga masyarakat ias menyesuaikan diri dengan lingkungan yang semakin maju ini. 


Harapannya, anak muda tidak lagi terfokus pada sistem klasik melainkan mulai berfokus pada sistem modernisasi, sehingga SDM yang unggul dan berkualitas perlahan tapi pasti dapat terwujud demi meningkatkan presentase minat baca dan literasi masyarakat yang begitu terpuruk.  


Dua keadaan di atas menjadi tantangan terbesar masyarakat Indonesia khususnya Gorontalo, untuk bergerak secara dinamis, visioner dan lebih terampil. Menghadapi tantangan revolusi industri 4.0 dan SDGS 4.6, masyarakat dituntut untuk cerdas tidak hanya cerdas nalar melainkan cerdas dalam bersikap. Intelek dan etika seperti halnya dua sisi mata uang yang berbeda namun berada dalam satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. 


Dari sisi intelek, kualitas berpikir manusianya perlu diasah agar peka terhadap informasi dan perkembangan teknologi yang semakin pesat, sehingga terhindar dari dampak kebodohan yang universal. Mengingat, di era yang sudah sangat terbuka ini, ada begitu banyak informasi yang beredar luas di masyarakat, sehingga apabila kita gagal dalam menyerap dan mengolah informasi tersebut, justru akan berakibat fatal baik bagi diri sendiri maupun orang banyak.


Sementara dari sisi etika, tingkah laku manusianya juga menjadi poin utama untuk mengimbangi nalar dan pola pikir, agar nilai-nilai keharmonisan dalam menyikapi dampak komunikasi yang semakin komplek dapat teratasi dengan sebaik mungkin. Mari sejenak kita tilik status quo yang ada saat ini, berapa banyak permusuhan yang terjadi akibat adanya informasi yang tidak tersaring dengan baik (hoaks) beredar luas di masyarakat. Tidak hanya itu, berapa banyak media-media yang terlalu berfokus pada money oriented dari pada berorientasi pada informasi yang autentik. Kondisi tersebut menjadi bukti, bahwa sudah sewajarnya kita memiliki kecerdasan dalam berpikir dan bersikap sebagai bentuk implementasi dalam berliterasi.  


Inilah yang menjadi substansi dari literasi yang dimaksud, bahwa literasi hanya sebatas membaca dan menulis merupakan pemahaman klasik yang seharusnya diperbaiki. Dengan berliterasi kita akan mampu menjalani hidup sekarang dan nanti demi hidup yang lebih baik di masa yang akan datang.

Total Tayangan Halaman

Kategori

Recent Posts

Teknologi Canggih, Skill Harus Level Up: Gen Z Siap?

Zaman sekarang, siapa yang gak tau teknologi Artificial Intelligence (AI)? Semuanya bisa dikerjakan sama teknologi ini, bahkan dalam beberap...

Quotes

"Sebelum berpikir untuk mengubah dunia, terlebih dulu ubahlah pikiranmu" Arsa Danialsa_

Quotes

"Tidak ada yang namanya kegagalan, yang ada hanyalah feedback" Arsa Danialsa_

Butuh Bantuan?

Nama

Email *

Pesan *